Marahkah Umat Kristiani

Ngeliat gambar disamping, dahi pun mengernyit. What da heck. Gw juga baru tau, kalo ada gambar ‘n berita macam begini. Tentu hal ini pelecehan bagi umat Kristiani. Sampai Pope Benedict XVI sempet protes, ini sudah kebangetan. Meski beliau suka pada binatang alias animal lover, tapi yang satu ini kagak bisa diterima. Bukan saja pelecehan, penghinaan bagi umat Kristen bahkan kelewatan, menghina Tuhan. Apalagi yang membuat karya edan ini masih sempet membela diri, ini kan seni. Inget kan kalau seni itu kagak bisa dibatasi.

Kayaknya belom ada berita yang menceritakan bahwa ada kelompok Kristen yang protes atau mengancam si seniman untuk membakar karyanya misalnya. Atau jangan-jangan banyak orang Kristen yang berpikir, emangnya gue pikirin?

Bayangin aza kalau hal ini terjadi sama ‘saudara sepupu kita’. Sang senimannya bakal kagak dapat hidup tenang lagi. Harus bersembunyi. (inget kasus Salman Rusdi). Apa bener orang Kristen pada cuek, melempem, atau memble dalam membela imannya?

Keinget bahwa Tuhan kita Tuhan Yesus pada masa akhir hidupnya, abis-abisan apa yang diterimanya. Setelah tuhan di tangkap maka bukan perlakuan VIP yang diterimanya, tetapi sebaliknya. Dihina, dicaci, diludahi, dilempari, dipukuli, memanggul kayu salib, dicambuk sampai berdarah-darah, memakai mahkota berduri sampe dipaku kedua kaki tangannya di atas kayu salib. Engga kurang pernghinaan yang diterima Tuhan. Jadi kalau kodok (katak) ijo disalib di atas kayu salib, mungkin sebagai bahan humor atau ejekan untuk orang Kristen, inget bahwa sebelumnya Tuhan telah menerima perlakuan seperti itu.

Tidak perlu kita ngeliat ada peristiwa seperti ‘penyaliban kodok ijo’ itu sebagai hinaan bagi Tuhan orang Kristen atau kepada umat Kristen. Tetapi pada peristiwa sehari-hari telah banyak koq manusia yang kagak pernah menghormat Tuhan alias menghina Tuhan sang Pencipta manusia. Perbuatan dosa yang terus lancar dijalankan oleh manusia tanpa rasa bersalah (meski gw tau dalem atinya pasti ati nuraninya akan bercuap-cuap tetapi kagak dihiraukan). Atau paling gampang contoh di kehidupan sehari-hari. Berapa banyak orang yang menggunakan nama Tuhan Yesus sebagai kutukan! Di negara barat hal itu sudah umum. Engga ngerti sich kenapa pas mengutuk itu koq pake membawa-bawa nama Yesus.

Kalo pas gw ada disebelah orang yang gw tau sedang mengutuk dengan membawa nama Yesus, gw bakal menyelutuk, eh jangan sembarangan sebut-sebut nama Tuhan gw yach. Kalau keinget peristiwa dua tiga tahun yang lalu peristiwa penyaliban kodok ini bukan apa-apa kalau dibanding dengan penerbitan buku Da Vinci Code yang sensasi sekaligus menghujat. Ada protes dari pihak gereja? Kayaknya lebih banyak yang menikmati daripada menolak atau mengecam karya Dan Brown itu.

Inilah ironisnya, orang dunia menghina mati-matian kekristenan, orang Kristen cuek saja (karna bukan menyangkut pribadi mereka koq). Apalagi di dunia barat menganut demokrasi (fanatik) bebas berpendapat, bebas bersuara, hidup bebas. Karena suara rakyat mempunyai kuasa atas pemerintahan. Maka kalau dalam dunia seni, istilahnya adalah ‘kebablasan’. Bukan hanya ‘Tuhan’ saja yang dikaryakan dalam seni tanpa batas itu, pribadi presiden juga ‘dipermainkan’ karena dianggap seni juga.

Karakter Kristen bukan saja mengasihi. Tetapi umat Kristiani juga berani bersuara. Menegur yang berdosa. Mengkritik yang perlu dikritik. Seperti Yohanes pembaptis yang berani menegor raja Herodes (ketika mengambil istri saudaranya). Karena tidak bisa tidak, umat Kristen sejati bagaikan pelita di kegelapan. Bercahaya. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Kiranya kita tetap berdoa memohon Tuhan tetap menjadikan kita terang bagiNya di tengah dunia ini.